RESENSI - Refleksi Cinta dan Persahabatan dalam 'Friend Zone Forever'



Sampul bagian depan buku Friend Zone Forever.
(Sumber: Dokumen Penulis)



Judul: Friend Zone Forever
Penulis: Vivie Hardika
Penerbit: Eazy Book
Tahun Terbit: 2013; cetakan 1
Jumlah Halaman: 172 hlm; 13 x 19 cm
ISBN: 979-602-7702-21-9


       Friend Zone Forever. Membaca judulnya saja pasti pembaca merasa sudah bisa menebak bagaimana akhir dari bagian buku yang termasuk genre novel ini. Ditambah embel-embel kalimat ‘Jadikan ini selamanya!’ di bagian sampul depannya. Semakin iman saja pembaca dengan terkaan-terkaan tak berdasar pada bagian akhirnya. Tapi jangan diterka dulu sebelum membaca, nanti menyesal. Kan ada istilah ‘Don’t judge book from the cover'. Nah buku ini salah satu contohnya yang tidak bisa diterka hanya dengan melihat sampul depannya saja. Kemudian, jika beralih ke sinopsis yang tertera di sampul belakang buku, di sana tertulis sudut pandang cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama, ‘aku'. Tapi lagi-lagi yang membuat nyes adalah kalimat di bagian akhirnya, “Sebenarnya, kamu gagal menembus perasaanku. Selalu saja kamu mengira bahwa hal yang paling kucintai adalah memandangi terbenam atau meresapi warna senja. Kamu harus tahu bahwa kamu tidak selalu tahu. Dan yang tidak kamu tahu sampai detik ini, aku melihat senja dalam matamu.” Melalui penggalan kalimat tersebut tentu saja pembaca sudah dapat menerka bahwa sudut pandang ‘aku' di sini amat sangat menyukai hadirnya matahari terbenam, senja.

        Tak hanya mengisahkan Marsha, sebagai sudut pandang ‘aku' yang menyukai senja. Raja, sosok sahabat cowok Marsha dikisahkan oleh penulis sangat menyukai aroma dan deretan pohon pinus yang menjulang tinggi. Persahabatan antara Marsha dan Raja dimulai ketika keduanya menjadi tetangga sejak kecil. Cerita dan konflik dalam buku ini dikisahkan ketika keduanya sama-sama menginjak usia remaja di Sekolah Menengah Atas (SMA). Banyak hal yang dilakukan untuk mengisi hari-hari persahabatan mereka yang kian waktu kian menipis. Seperti main game di rumah Raja, ke sekolah naik sepeda bersama, dan setiap sore di atas bukit belakang perumahan, Marsha akan menjadi penikmat senja dengan Raja di sebelahnya untuk menikmati aroma pohon pinus kesukaannya.

         Marsha yang selalu terbiasa dengan hadirnya sosok Raja membuat dirinya menaruh perasaan lebih terhadap pemain basket sekaligus cowok yang popular di sekolahnya tersebut. Konflik yang coba dihadirkan penulis dalam buku ini bermula dari hadirnya Chilla, sosok perempuan sepantaran mereka yang secara terang-terangan menaruh hati pada Raja. Chilla popular, merupakan ketua tim cheerleaders yang selalu menyemangati kala tim basket Raja bertanding. Cowok popular dan banyak digandrungi penggemar disandingkan dengan cewek yang juga popular di sekolah. Pasangan yang cocok menurut Marsha. Tetapi Marsha juga tak bisa memungkiri bahwa hatinya belum sepenuhnya rela melihat kedekatan Raja dengan Chilla. Ditambah kabar yang berembus bahwa Raja resmi jadian dengan Chilla. Semakin panas saja hati dan otak Marsha. Sampai akhirnya ia menjauh untuk menetralkan perasaannya terhadap Raja. Marsha kira dengan begitu ia bisa move on dari Raja, nyatanya tidak. Perasaannya semakin tumbuh seiring Raja yang selalu mengganggunya meskipun sudah memiliki hubungan dengan Chilla.

      Setelah menghadirkan sosok Chilla, penulis menghadirkan sosok Ari yang merupakan seorang penulis sekaligus cowok popular kedua setelah Raja. Di sekolah mereka Ari cukup terkenal dan memiliki penggemar tersendiri. Marsha yang memang dasarnya suka membaca, -khususnya novel- menjadi lebih nyambung bila mengobrol dengan Ari yang memang bergelut dalam dunia kepenulisan, terutama sastra. Kedekatan keduanya kemudian diceritakan penulis sampai pada tahap Ari menyatakan perasaannya terhadap Marsha. Namun Marsha tak bisa memberi kepastian. Hatinya masih tetap bertaut pada satu nama, Raja. Raja yang sejak kecil di dekatnya, Raja yang selalu ia tumpangi jika pergi ke sekolah, Raja yang selalu dikalahkannya ketika bermain game dan masih Raja yang selalu diajaknya menikmati kilau senja di atas bukit belakang perumahan. Iya semua itu adalah Raja, tiada hari tanpa Raja di sisi Marsha. Namun begitu, Marsha selalu menilai bahwa Raja tidak peka bahkan tidak akan pernah menyadari perasaan yang selama ini ia pendam.

     Di balik kebimbangan Marsha memberikan jawaban atas pengungkapan perasaan Ari, ia seakan mendapat angin segar mendengar bahwa Raja putus dengan Chilla. Kelegaan tertanam di hati Marsha. Namun masih belum sepenuhnya lega, akhirnya ia memutuskan untuk memberikan jawaban yang pasti kepada Ari. “Aku.. Aku cuma mau tetap bersama kamu, sebagai.. Teman.” Begitulah jawaban Marsha terhadap perasaan Ari. Bingo! Just Friend Zone Forever. Tapi bukan di situ inti sebenarnya yang akan penulis wujudkan dalam buku ini.

          Setelah memberikan jawaban terhadap Ari, entah mendapat keberanian dari mana Marsha mengungkapkan segala perasaannya terhadap Raja. Meskipun awalnya ada perasaan ragu dan takut kehilangan. Serta perasaan yang menurutnya akan merusak sebuah janji pada suatu sore di atas bukit. Janji untuk tidak saling melibatkan perasaan satu sama lain. “Buat apa bilang? Buat apa menyatakan sesuatu yang akan mengubah sesuatu yang lain? Aku tetap ingin menjadi satu hal yang memang sudah terjadi sejak dulu. Jauh sebelum perasaan gila itu muncul. I don’t wanna changes anything if I say that I love him.” Begitu ungkap Marsha kepada Raja. Namun, yang tidak bisa pembaca terka dari awal adalah jawaban Raja seakan menjadi penutup yang manis dalam lembar kisah persahabatan mereka, “Nggak perlu takut mencintai seorang sahabat. Nggak perlu harus menjauh ketika hatimu bilang cintamu nggak terbalas. Karena, semua itu tidak benar, Marsha. Selama ini aku juga tersiksa dengan persahabatan ini. Tapi aku, selalu bisa terlihat menyembunyikannya, kan? Bertahun-tahun bersama, nggak mungkin nggak ada rasa lain. Tapi, aku nggak mau kehilangan kamu, Sha.



(06.20) --Pasuruan
-MLU-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CATATAN - Keresahan yang Semua Orang Pernah. [Usia 25 nih, Bos!]

PUISI - Puisi Milenial (Zaman Sudah Berubah)

PERJALANAN - Ceritaku dan Waduk Klampis Sampang, Madura, Jawa Timur