CATATAN - Filosofi Stroberi

Dahulu, bagi saya memetik buah Stroberi langsung dari pohonnya adalah sebuah impian besar. Stroberi, menjadi salah satu buah yang sering saya gambar ketika masih di bangku sekolah dasar. Dahulu, saya terus membayangkan bagaimana ketika saya bisa memanen sendiri buah yang berwarna merah dengan tangkai hijau tersebut. Memakan buah Stroberi juga menjadi salah satu hal besar bagi anak yang baru menginjak usia 5 tahun kala itu. Membayangkan bagaimana rasanya yang kata orang-orang manis dan masam secara bersamaan ketika dimakan.

Buah Stroberi yang berhasil saya petik 20 tahun kemudian, sejak memimpikan hal tersebut. (Sumber: Dokumen Penulis)

Dahulu, impian besarnya sekadar melihat langsung bagaimana segarnya buah Stroberi selesai dipetik. Namun seiring berjalannya waktu, impian anak kecil berusia 5 tahun itu berubah. Dia mulai menemukan hal menarik lain untuk dijadikan impian. Hingga dia mulai mengenal kata cita-cita, dan menjadikan 'guru' sebagai kiblat dan sumber inspirasinya.

Seiring berjalannya waktu, anak kecil itu mulai membangun hal besar dari setiap ambisi dan motivasinya. Segala impian yang ingin dia capai. Mulai dari yang sederhana hingga sangat kompleks. Dia mulai menata hidupnya, satu per satu. Sambil bermain dengan teman-teman usia sebaya-nya. Dia juga memiliki banyak hal yang ingin dia raih di kepala-nya.

Seiring berjalannya waktu pula, dia mulai mengubah cita-cita dan impiannya. Mulai dari yang mungkin bisa diraih, hingga yang mustahil diraih. Mulai dari impian yang sangat kecil, hingga impian yang sangat besar. Dia tidak sabar, untuk meraih apa yang dia impikan ketika dewasa nanti. Sepertinya, menjadi dewasa adalah hal hebat dan sangat dinantikan bagi dirinya. Bahkan ketika dia mulai melepas masa remaja-nya, dan mulai menginjak fase dewasa, dia tetap bermimpi dan masih menggebu-gebu akan setiap ambisinya.

Namun, ketika dia sudah benar-benar melalui proses masa dewasa-nya, dia mulai menanggalkan satu per satu impian yang ingin dia raih sewaktu kecil. Dia mulai menanggalkan segala ambisi yang dia bawa saat menuju proses dewasa. Dia mulai sadar, bahwa impian tidak sesederhana memetik buah Stroberi langsung dari pohonnya. Impian tidak sesederhana memakan buah Stroberi langsung ketika sudah dipanen. Baginya, impian sudah selayaknya rasa buah Stroberi itu sendiri, manis dan masam di waktu bersamaan.

Merahnya menyala, seperti ambisi anak yang baru menginjak umur 5 tahun kala itu. (Sumber: Dokumen Penulis)

Menjadi dewasa ternyata menjadi hal yang menjemukan. Impian-impian besarnya sudah tidak lagi menjadi pemantik di masa dewasanya. Energinya sudah luntur, tidak lagi membara seperti saat dia ikut membacakan naskah UUD waktu upacara di sekolah dasar dulu. Energinya tidak lagi sebesar keberanian waktu dia mulai membawa sepeda ke jalan raya, di masa menuju sekolah menengahnya. Impian menjadi hal yang semu, dan awam untuk digapai. Impian menjadi hal yang abstrak dan kompleks di waktu bersamaan. Hingga ia kehilangan kata impian itu sendiri.

Menurutnya, sekarang bisa melihat langit cerah dengan masih ada jejak bulan sabit saja, sudah menjadi pencapaian yang luar biasa. Menurutnya, bisa melihat deburan ombak dengan hamparan pasir putih saja, sudah menjadi pencapaian yang luar biasa. Menurutnya, bisa duduk di pinggir jalan sambil melihat orang lalu lalang, sudah menjadi pencapaian yang luar biasa. Menurutnya, bisa memutar playlist favoritnya di pinggir jendela bus saat perjalanan menuju rumah, sudah menjadi pencapaian yang luar biasa. Menurutnya, bisa melakukan ibadah dengan tenang, sudah menjadi pencapaian yang luar biasa. Menurutnya, bisa memakan masakan ibu dan tidur di awal waktu, sudah menjadi pencapaian yang luar biasa. Menurutnya, memakan gaji kecil dan tidak memiliki cicilan saja, sudah menjadi pencapaian yang luar biasa. Menurutnya, bisa melihat senyum ibu bapak menyambut dia pulang bekerja, sudah menjadi pencapaian yang luar biasa. Baginya, saat ini tetap bertahan hidup saja, sudah menjadi pencapaian yang sangat luar biasa.


(-MLU-)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CATATAN - Keresahan yang Semua Orang Pernah. [Usia 25 nih, Bos!]

PUISI - Puisi Milenial (Zaman Sudah Berubah)

PERJALANAN - Ceritaku dan Waduk Klampis Sampang, Madura, Jawa Timur