CATATAN - 31 Hari di Bulan Januari
Apasih tulisan berjudul “31 Hari di Bulan Januari” ini?. Tulisan tersebut merupakan kumpulan bait sajak penulis selama 31 hari di Bulan Januari. Setiap hari di Bulan Januari penulis berusaha mengungkapkan entah rasa atau segala peristiwa yang dialaminya dalam bentuk untaian kata, tak heran jika tulisan ini ada sub-judul perharinya. Tulisan ini terinspirasi dari sebuah keinginan untuk tetap produktif di liburan akhir semester (meskipun juga banyak magernya), tetapi Alhamdulillah bisa terwujud dan terbit di blog. Kuy lah dibaca ada sekitar delapan halaman sih kalau di Microsoft Word ehee. Semoga tidak bosan yaa..
#Selasa, 1
Januari 2019
[Awal Ketidaksengajaan]
Hari dimana banyak yang keluar rumah hanya untuk menyuapi keinginan batin
agar bahagia. Hari yang katanya jalanan ramai dengan mereka yang berwara-wiri
mengemudi tanpa gengsi dan antisipasi. Sedang aku, hanya diam terhunus sepi dan
menggelayut mesra dengan mimpi. Pun bersamaan dengan itu, hadir sosok dari masa
lalu. Tak banyak yang berbeda, ia hanya berusaha menunjukkan senyuman pembius
dari masa ke masa, Helium.
#Rabu, 2 Januari 2019
[Platinum dan Secarik Puisinya]
Secarik puisi telah Platinum deklarasikan di hari kedua bulan awal 2019.
Tak banyak diksi, hanya saja menulisnya sambil berapi-api. Bermodal kesedihan
dan kisah pilu nan mengharukan, Platinum sedikit keluar dari zona nyaman. Ya
walaupun sebatas empat sampai lima pembahasan, Namun itu cukup membuat
terkesan. Hehe, kadang Platinum se-percaya diri itu.
#Kamis, 3 Januari 2019
[Platinum kepada Helium]
Platinum memberanikan diri memberi pesan kepada Helium. Lama, tak ada jawaban.
Namun tak ada perasaan yang berkesan, pun tak ada penyesalan. Pahitnya pun tak
seperti enam tahun belakangan, hanya saja disitu ada bagian yang hilang.
Percayalah, hanya sedikit dan tak akan terus membukit. Ada pesan tersembunyi
disitu, kalau memang rindu jangan terus berjibaku dan diam menunggu. Tetapi
Platinum tak begitu, ia hanya sedikit sendu. Sedikit saja, percayalah.
#Jum'at, 4
Januari 2019
[Aktivitas yang Sama]
Membosankan, tentunya. Aktivitas macam apa yang seharian dilakukannya?
Ingin mencari kesibukan, tapi tak ada pembuktian. Yasudahlah pada akhirnya
liburan akan segera menjadi tiduran.
#Sabtu, 5 Januari 2019
[Malam Minggu Macam Biasanya]
Hari ini adalah malam Minggu pertama di tahun 2019. Tak banyak kesan, pun
jika dilihat tak banyak bintang bertaburan di langit malam. Cahaya rembulan pun
segan untuk menampakkan keindahan, tinggallah Platinum seorang. Malam Minggu
adalah momen bagi muda-mudi untuk merayakan kebahagiaan di jalanan, pun di
warung-warung kopi. Tak begitu banyak penyesalan, memang sudah tradisi untuk
tidak merayakannya terlalu dalam. Mungkin hanya dengan bersantai ria menonton
televisi di rumah. Di malam Minggu, setiap orang punya cara sendiri untuk
meluapkan kebahagiaannya. Tak salah dengan mereka yang memanfaatkannya, pun tak
salah dengan mereka yang mendiamkannya. Intinya tergantung dari persepsi masing-masing
saja.
#Minggu, 6 Januari 2019
[Dua Insan dengan Hubungan "Sepupu"]
Dua sepupu diberi kesempatan bercengkrama dalam satu tempurung, sedikit
canggung tapi lumayan tak membuat bingung. Jika menengok ke belakang, dua sepupu ini banyak
tumbuh dengan persamaan latar belakang. Dulu banyak yang berpersepsi keduanya
memiliki kesamaan, namun jika dipikir dia yang lebih dominan diantara beberapa
perbedaan. Pun kami tumbuh di lingkungan yang sama, umur Platinum terpaut dua tahun
di bawahnya. Layaknya kakak, adik, bahkan musuh sekalipun, hehe. Ia sudah tak banyak
canda macam biasanya, Platinum pun demikian dapat memakluminya. Dulu ia adalah
salah satu sasaran curhat, bahkan jika dunia tak melihat hanya Platinum dan dia
yang tau tanpa adanya muslihat. Dunia berputar, kini semoga keponakan dalam
janinnya lahir selamat, dan memberikan rahmat serta menjadi salah satu sumber penyelamat.
Bagi bapak ibunya, Insyaallah. Semoga sehat selalu, sampai tiba hari lahir keponakan
yang lucu Platinum akan tetap
menunggu. Always be my Old Cousin :).
#Senin, 7 Januari 2018
[Platinum dan Dua Topengnya]
Entah sejak kapan seorang Platinum memiliki dua topeng berbeda, di sisi satu
ia menjadi periang tanpa beban dan penuh akan kasih sayang. Namun di sisi lainnya
ia begitu dingin hingga keberadaanya hanya sesaat layaknya angin.
#Selasa, 8 Januari 2018
[Persahabatan]
Mereka yang disebut sahabat atau persahabatan memang tidak pernah mengenal
jarak dan waktu. Namun hal terpahit dalam sebuah persahabatan adalah perpisahan.
Tak apa menemukan sahabat baru, tetapi sahabat lama jangan disimpan apalagi dilupakan
hingga usang dengan tumpukan debu. Persahabatan layaknya tetesan air hujan yang
jatuh ke Bumi hingga menyatu dalam sebuah wadah suci. "Pun jika saling mengenal maka mereka akan
berkumpul dan jika tidak saling mengenal maka mereka akan berpisah," begitulah
kutipan Dawuh Hadist Riwayat Muslim.
#Rabu, 9 Januari 2018
[(yang Katanya) Maha-siswa]
Jika agen perubahan hanya istilah belaka, lalu apa fungsinya ditempa selama
bertahun-tahun lamanya?. Platinum hari ini menyuarakan aspirasinya, agak gugup
awalnya dan beberapa ada gencatan-gencatan dari mereka yang tidak setuju dengan
pendapatnya. Ada segelintir mungkin yang menyetujui, namun kebanyakan hanya
berdiam diri. Jangan disalahkan, mungkin mereka diam berarti memiliki kesetujuan
namun bisa saja adalah bentuk ketidakpedulian. Ini yang selalu menghantui,
kebanyakan dari mereka punya aspirasi namun tak mau menyuarakan sesuai isi
hati. Jika kekangan semakin merongrong aspirasi generasi muda, maka istilah
agen perubahan hanya sampah. Dari awal, ia berjuang sendiri tanpa ada yang mau
peduli. Kebanyakan dari mereka tidak tahu bagaimana bahagianya menyuarakan
kebenaran walau itu hanya sekecil butir padi. Dan kebanyakan dari mereka hanya
melihat tampak luar tanpa melihat kebenaran dari sisi dalam. Semoga mendapat Hidayah,
wahai (yang katanya) Mahasiswa.
#Kamis, 10 Januari 2018
[Platinum di Usia 19 Menuju 20 Tahun]
Ada begitu banyak sayat jika yang terkasih tak pandai memberi lebih. Platinum
tahu, kasih sayangnya tak pernah luntur bahkan hingga Platinum menginjak usia
19 tahunnya. Hanya saja, ia tak paham mengekspresikan kasih sayang dalam bentuk
macam apa.
#Jum'at, 11 Januari 2018
[Seseorang di Hari Jum'at]
Lalu aku semakin malu pada Rabb-ku, karena terlalu meminta untuk
dijodohkan dengan mu sedang aku tidak sempat mengintrospeksi diriku. :") Hari
Jum'at, kamu yang hari ini di Masjid sedang bermunajat dan sholat Jum'at,
semoga Rabb-ku selalu memberikan rahmat hingga Dia merelakan mu untuk diberikan
padaku hingga pada akhirnya Dia mengizinkan waktu yang akan mempertemukan mu denganku.
#Sabtu, 12 Januari 2018
[Notice Pembakar Motivasi]
Hanya dengan 'notice' sepele saja, bukan main senangnya. Motivasi
utama, namun motivasi lebih adalah dukungan mereka. Sebenarnya sekadar Hobby
saja, namun siapa sangka juga digunakan sebagai media pengungkap rasa meskipun si
pemilik tak pernah menyadarinya. Bulan yang sama, semoga senantiasa membawa
berkah. Ulang Tahun kita masih coming soon kan ;)
#Minggu, 13 Januari 2018
[Tetap Berharap atau Menyerah Saja.]
Sebuah kutipan Senja, "Berhentilah berharap pada dia yang selalu
mengabaikanmu, berhentilah berharap pada dia yang seringkali meniadaknmu, berhentilah
berharap pada dia yang nyatanya tidak mengharapkanmu". Terlalu klise
jika menyerah sekarang, pun kenapa tak dulu-dulu waktu masih dalam bimbang.
Se-misterius itu, tak dapat ditebak namun cukup membuat hati terkoyak. Entah
racun apa, yang pasti rasa tetap ada. Jangan melintas selalu, agar bisa tumbuh
yang baru. Sadar dulu-dulu saja, banyak yang menyarankan menyerah namun kebal
dijadikan alasannya.
#Senin, 14 Januari 2019
[Ke-mager-an pada Dua Pekan]
Dua pekan di tahun 2019, banyak pengharapan dan banyak hal yang ingin dicapai.
Lagi-lagi, malas dan ke-mager-an menjadi hantu penghenti diri. Entah sudah Minggu
ke berapa liburan dilakukan secara sia-sia. Tak ada yang istimewa, pun tak ada
yang menarik untuk sekadar menjadi objek belaka. Hanya satu, Helium dan
antek-anteknya.
#Selasa, 15 Januari 2019
[Helium (Sedang Online)]
Sekadar melihat ia online saja hati
berbunga, padahal tak punya keberanian untuk menyapa. Ah, bahasa alay macam apa
ini? Banyak dari mereka yang mengisyaratkan untuk berhenti, katanya jangan
diharapkan lagi. Sosok bayang enam tahun belakangan, namun tak mau hilang dari ingatan.
Lagi-lagi, ternyata Platinum se-alay itu.
#Rabu, 16 Januari 2019
[Hari Spesial Kapten Timnas]
Selamat Ulang Tahun, Kapten. Ya, dia adalah Hansamu Yama Pranata. Dia
mulai dikenal sejak penampilan ciamiknya bersama Timnas U-19 pada ASEAN Football
Fedetarion (AFF) U-19 tahun 2013 di Sidoarjo. Bermula
bukan sebagai kapten, dia hanya seorang pemain belakang dengan tubuh jangkung
dan rupawan. Ah supporter wanita, selalu lemah dengan kemampuan dan parasnya. Ia
selalu jadi langganan Timnas, bahkan sebenarnya dari U-16 hingga senior. Sampai
pada akhirnya ia dipercaya menjadi Kapten di usianya yang terbilang masih muda.
Sehat dan sukses selalu di tim barunya, Hansamu Yama.
#Kamis, 17 Januari 2019
[Netralitas dalam Tahun Politik]
Debat yang menjadi perdebatan di tanggal ini. Banyak yang mempertahankan
opini dan pilihan masing-masing. Tak salah, jika tak jadi penyebab pecah belah.
Tak apa, asal ada alasan kuat dan bukan Hoax belaka. Kalau kata anak Milenial,
bukan kaleng-kaleng yang menjadi persoalan dan perdebatan. Banyak yang pro dan
banyak yang kontra, pun sebagai "agent
of change" katanya dilarang ikut-ikut bergaya dan banyak drama terutama
di sosial media. Demokrasi, semoga tak
terus meredup dan mati. Semua berhak menentukan pilihan, namun netralitas
adalah sumber utama persatuan.
#Jum'at, 18 Januari 2019
[Tetap DIA Sang Penilai dan Pengadil-Nya]
Bagaimana jika penampilan fisik menjadi tolak ukur bahwa seseorang rupawan,
menarik dan cantik? Atau mungkin menjadi tolak ukur seseorang untuk menilai
seseorang lainnya? Kita hidup di zaman dimana fisik menjadi sumber penilaian,
dan kualitas hati ikut-ikutan dijadikan pembualan. Tak usah minder dan mundur
karena perbedaan gender. Toh aku, kamu, dia, kita dan mereka punya hak yang
sama. Sejak kapan Allah membagi rezeki berdasarkan fisik belaka? Tidak, bahwa
Dia adalah sebaik-baiknya Sang Penilai, yang punya segala dalam semesta dan
seisinya. Kemolekan fisik hanya ada di dunia, pun di akhirat-Nya akan sama
rata. Dan segalanya telah diatur oleh-Nya. Kita manusia sebagai hamba-Nya, dan
Dia yang menciptakan kita. Lalu, masih pantaskah kita untuk berburuk sangka kepada-Nya?.
#Sabtu, 19 Januari 2019
[Keraguan Menuju Pembantaian]
Semakin dekat menuju
pembantaian, ah tidak hanya sedikit keraguan. Entah apa yang menjadi sumber ketakutan,
kurangnya persiapan atau memang belum ada yang ingin diungkapkan?. Lancang sekali,
bebas memilih dan ditinggal pergi. Kadang dunia sebercanda ini. Mungkin bukan ajang
candaan, mungkin juga bukan semacam pertaruhan. Hanya saja, (jujur) diri belum ada
persiapan.
#Minggu, 20
Januari 2019
[(Akan) Indah Pada Waktunya]
Ia menangis dalam
hati, katanya begitu pelik melihat putri kecil itu tertatih. Putri kecil itu sudah
menjadi besar, pun jika diungkapkan tangisannya dua kali lebih sesak dari masa kecilnya.
Bukan tangis jika meminta sesuatu tak dituruti, namun lebih kepada apa yang sudah
ia beri. Terkadang, ia suka diam sendirian merenungi setiap perbuatan yang sudah
ia jalankan. "Sampai kapan menunggu?" pikirnya. Ia dalam dilema dengan
perasaan bersalah. Tetapi, ia percaya semua sudah pada garis ketentuan-Nya dan akan
indah pada waktunya.
#Senin, 21 Januari 2019
[Yang Tersayang]
Teruntuk yang tersayang, terimakasih selalu ada dalam
setiap bayang. Maaf untuk segala kasih yang belum terpenuhi. Maaf untuk segala
kebaikan yang belum sempat terbalaskan. Maaf untuk segala rindu yang belum tercurah
dengan utuh. Maaf untuk segala kesusahan yang selalu ditimbulkan. Mungkin bukan
hari ini atau saat ini. Namun, kalian tak pernah lepas dari untaian doa yang
selalu diri ini gemakan. Setidaknya, saat ini itulah yang dapat diberi dengan
tulus dari hati. Mungkin perihal materi, diri belum bisa memenuhi. Terimakasih
dan maaf untuk tangis dalam hati yang berusaha kalian tutupi. Namun diri tahu
akan luka yang kalian simpan sendiri. Untuk yang tersayang, terimakasih telah
memberi cinta dalam 19 tahun belakangan. Dan maaf, untuk tak selalu menjadi seperti
yang diharapkan. Aku amat sangat sayang kalian.
#Selasa, 22 Januari 2019
[Hina di Depan-Mu, Wahai Rabb-ku]
Lalu aku semakin merasa hina di depan Rabb-ku, karena terlalu banyak
permintaan hingga tak kenal waktu. Ketika diri lalai akan perintah-Nya, Dia selalu
menunggu dengan segala cinta-Nya. Bahkan jika diri dalam keterpurukan, Dia
selalu menunggu diri untuk datang dengan segala harapan. Ketika diri sibuk mengutuk
kehendak-Nya, tapi Dia dengan segala kasih tetap mencurahkan rasa sayang-Nya. Seakan
Dia selalu berkata jika diri gagal, "Hambaku, jangan kamu terus
meratapinya, aku telah menyiapkan yang lebih baik". Namun diri terlalu
tuli atau bahkan menutup hati. Sebanyak apapun dosa yang telah diri perbuat, Dia
seakan menyiapkan beribu pintu maaf. Rabb-ku, aku semakin malu akan diriku.
Terlalu banyak meminta kebaikan, namun terlalu lalai akan kewajiban. Izinkan
aku mencintai-Mu sebagaimana besarnya cinta-Mu padaku. Dan terimakasih, untuk segala
nikmat dan sedikit sayat. Maaf untuk terlalu dungu akan kasih sayang-Mu:"(
#Rabu, 23
Jan 2019
[Pada 'Dia' Lagi]
Semakin dalam menenggelamkan rasa tak bertuan, semakin banyak luka
tercabik akibat sayatan. Pernah terpikir untuk berhenti, namun kembalinya
ternyata pada 'dia' lagi. Jika menoleh beberapa tahun belakangan, dari sekian
banyak perjalanan, melalang buana mencoba menilik kedamaian, ternyata 'dia'
yang membuat bertahan. Dia saja tidak peduli, lalu apa yang membuatmu bertahan
sekuat ini?.
#Kamis, 24 Januari 2019
[(Pahitnya) Berharap Kepada Manusia]
Setelah banyak untaian sajak menyelinap raga, dia bahkan tak sedikit kecewa.
Setelah banyak diksi menembus hati, ternyata dia hanya diam tanpa arti. Sedikit
rumit, namun hanya diri yang membuatnya terlalu sulit. Perihal rasa, tentu
begitu pahit jika berujung sakit. Tetapi tak ada yang lebih pahit dari sekadar
berharap kepada manusia.
#Jum'at, 25 Januari 2019
[Terus Menipis]
Ekspedisi yang terus menipis membawa rindu yang semakin terkikis. Banyak diksi
tentu akan mengusik diri, karena candu tak terbendung hingga pada akhirnya tak
kuat untuk sekadar bersenandung. Untaian sajak yang berhari-hari tertulis, sedikit
bahagia dan sedetik dua detik menimbulkan tangis. Karena dulu pernah sedekat
nadi namun berakhir panas membawa api. Hitam legam perjalanan menilik asa dan
kekuatan, nyatanya tak memberikan rasa aman yang ada selalu rasa muncul tanpa tuan
beberapa tahun belakangan.
#Sabtu, 26 Januari 2019
[Menuju Penghujung Cerita]
Ternyata menuju penghujung cerita Platinum banyak berkawan dengan dilema,
suka bersua dengan masa tanpa rasa. Hobby-nya pun tersenyum dalam diam,
untungnya ia tak tersungkur oleh dahsyatnya angin malam. Mungkin jika
dikalkulasikan ia hanya sedikit berkawan dengan kehidupan. Rasa hidup namun
cintanya mati. Bak terbunuh seorang diri, Platinum kian tertunduk ke ujung Bumi.
#Minggu, 27 Januari 2019
[(Sedikit) Inspirasi]
Semakin kesini semakin
ciut inpirasi. Entah apa yang memenuhi otak dan hati, untuk sekadar diajak sinkron
saja susah sekali. Padahal, dua-duanya adalah kunci agar tonggak sajak tetap kuat
berdiri. Karena menulis tentunya tidak semudah menanam biji. Untuk itu perlu
keikhlasan dalam hati, agar yang ditulis tak sekadar ruang kosong penuh diksi.
#Senin, 28 Januari 2019
[Langitkan Do'a]
Pada dasarnya ada do'a yang perlu dilangitkan dan ada hati yang perlu
diikhlaskan. Perihal kepastian biar diserahkan pada Sang Pemilik Kehidupan.
Sejatinya tugas seorang hamba hanya berharap dan meminta kepada pencipta-Nya. Perihal
masa depan, biarlah Sang Rabb yang memikirkan. Karena tentang segala kebaikan
hanya Dia sebaik-baik penentu, dan Maha Pembolak-balik Qolbu.
#Selasa, 29 Januari 2019
[Diksi Tak Berhenti Disini]
Dua hari menuju penghujung Januari, pun dua hari menuju keterpaksaan
menghentikan tulisan ini. Tenang saja, mungkin hanya sajakku yang beranjak dari
berlembar-lembar ruang kosong untuk menapak jejak. Percayalah sajakku bisa
lebih kuat dari ini, namun bukan saat ini bisa saja suatu saat nanti. Hanya perlu
diasah agar ada hasil dari segala jeri payah. Dan, karyamu jangan patah.
Kuatlah bergema, walau hanya sebait diksi dan sebutir kata. Jangan menyerah.
#Rabu, 30 Januari 2019
[Pada Sedikit Bias Sinar di Matamu.]
Biarkan aku tetap berjalan di jalanku, dan biarkan aku tetap berdiri pada
pijakanku. Untuk juang yang belum matang, dan untuk puing runtuhan masa lalu
yang belum sempat hengkang, semoga tetap berumur panjang agar aku dapat mendeklarasikan
sebuah keinginan dengan sedikit tenang.
Ini tentang bias sinar yang menghuni lingkar kornea matamu, aku pun ingin
jadi seperti itu. Yang selalu melihat apa yang engkau lihat, yang selalu takjub
dengan apa yang engkau juga takjub. Aku ingin
jadi molekul pada sedikit air mata bahagiamu, dan meskipun bukan aku penyebab terukirnya
senyumanmu. Namun aku tak ingin jadi bagian
dalam sedihmu, yang senantiasa mengucur deras air pada setiap bagian di kelopak
matamu.
Dan Aku selalu ingin menjadi bagian dari dirimu, agar dalam setiap pijakanmu
terselip aku yang walaupun kamu tak akan pernah tahu siapa diriku.
#Kamis, 31 Januari 2019
[Akhir Sajak yang Tertuang.]
Alhamdulillah untuk setiap sajak yang tercipta, untuk setiap diksi yang selalu
terlontar sendiri. Kini di ujung Januari, terucap maaf dan rindu yang sedikit
mengungsi dalam hati. Maaf untuk setiap bait yang kadang artikulasinya cukup
sulit, dan maaf terhadap segala bentuk melankolis yang sedikit egois. Dalam
setiap dunia tulis, kadangkala ada sedikit perasaan yang teriris. Namun lebih
banyak tawa dalam sedikit canda yang tak dapat dibandingkan dengan seberapa
masa. Akhir kata, jangan segan untuk tetap berkarya.
Cukup sampai disini saja, semoga
kalian selalu bahagia,
Tertulis dengan Cinta,
Terbit di Malang, Februari 2019
(-MLU-)
Komentar
Posting Komentar