REVIEW - Film: The Mystery of The Dragon Seal (The Iron Mask)
Poster film - The Iron Mask a.k.a The Mystery of Dragon Seal. (Sumber: m.imdb.com)
The Mystery of The Dragon Seal atau lebih dikenal sebagai The Iron Mask, merupakan film lanjutan dari The Forbidden Kingdom (2014), proyek yang diadaptasi dari novel berjudul serupa karya Nikolai Gogol. Film ini juga dikenal dengan nama Viy 2: Journey to China yang merupakan sekuel dari Viy 1 pada tahun 2014.
Film yang disutradarai Oleg Stepchenko ini turut menggandeng nama-nama besar aktor film laga, salah satunya Jackie Chan yang berperan sebagai Master, disandingkan dengan aktor besar lain seperti Jason Flamyng sebagai Jonathan Green, Arnold Schwarzenegger sebagai James Hook, dan Charles Dance sebagai Lord Dudley. Pemeran lain yang ikut serta dalam film ini adalah Yao Xingtong aktris berkebangsaan China yang berperan sebagai Cheng Lan, putri dari Master.
Film yang berdurasi 124 menit ini dirilis pertama kali pada 16 Agustus 2019 di Tiongkok, kemudian pada 21 September 2019 di Rusia. Dikemas dengan sinematografi yang keren tak heran jika The Iron Mask memiliki anggaran produksi hingga mencapai US$49,1 juta. Pengambilan gambar dilakukan pada dua latar tempat, yakni Eropa sebagai tempat penyanderaan Master yang banyak mendominasi di awal film. Kemudian China sebagai tempat yang mendominasi lebih dari separuh latar hingga bagian akhir dari film tersebut.
Salah satu cuplikan adegan dalam film The Iron Mask a.k.a The Mystery of Dragon Seal. (Sumber: m.imdb.com)
Berlatar abad ke-18, The Iron Mask berkisah tentang seorang petualang asal Inggris bernama Jonathan Green yang melakukan perjalanan dari Rusia ke China. Green berusaha mencari dongeng Dragon Seal yang mempunyai kekuatan ghaib. Sepanjang perjalanan itu, ia ditemani Cheng Lan yang ternyata merupakan Tuan Putri Kekaisaran China yang tahtanya sedang diambil alih penyihir hitam yang tamak dan mengaku sebagai dirinya. Petualangan berlanjut hingga Green sampai di istana untuk melihat langsung dongeng Dragon Seal tersebut. Alih-alih melihat, siapa sangka Green malah menjadi umpan ketamakan penyihir jahat.
Sepuluh menit pertama penayangan film ini memang sedikit membuat cringe, karena mungkin tidak terlalu biasa dengan penyiksaan dan penyanderaan. Ditambah latar waktu pada abad ke-18 yang notabene sudah sangat kuno. Namun yang membuat film ini hidup adalah kehadiran Jackie Chan, yang memang sudah memiliki nama besar dalam panggung perfilm-an dunia. Tak heran pada menit-menit berikutnya penonton akan dibawa larut menikmati alur film yang disajikan.
Ada pesan moral yang bisa diambil, saya mengutip kata-kata dari Master pada bagian akhir film ini, "Bukan Dragon Seal yang membuat Naga kuat, melainkan adalah cinta. Ia tahu siapa yang tulus, dan pasti akan sedia membantunya." Selain itu, siapa pun yang tamak dan tak pernah merasa cukup akan selalu merasa kurang hingga harus mengambil hak milik orang lain. Namun, balasan yang setimpal sudah pasti akan diterimanya di kemudian hari.
(-MLU-)
Komentar
Posting Komentar