Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

REVIEW - Film: The Mystery of The Dragon Seal (The Iron Mask)

Gambar
      Poster film - The Iron Mask a.k.a The Mystery of Dragon Seal. (Sumber: m.imdb.com) The Mystery of The Dragon Seal atau lebih dikenal sebagai The Iron Mask, merupakan film lanjutan dari The Forbidden Kingdom (2014), proyek yang diadaptasi dari novel berjudul serupa karya Nikolai Gogol. Film ini juga dikenal dengan nama Viy 2: Journey to China yang merupakan sekuel dari Viy 1 pada tahun 2014.  Film yang disutradarai Oleg Stepchenko ini turut menggandeng nama-nama besar aktor film laga, salah satunya Jackie Chan yang berperan sebagai Master, disandingkan dengan aktor besar lain seperti Jason Flamyng sebagai Jonathan Green, Arnold Schwarzenegger sebagai James Hook, dan Charles Dance sebagai Lord Dudley. Pemeran lain yang ikut serta dalam film ini adalah Yao Xingtong aktris berkebangsaan China yang berperan sebagai Cheng Lan, putri dari Master.  Film yang berdurasi 124 menit ini dirilis pertama kali pada 16 Agustus 2019 di Tiongkok, kemudian pada 21 September 2019 di Rusia. Dikemas de

REVIEW: Mengupas Sisi Lain Tradisi Pulang Kampung melalui Film 'Mudik'

Gambar
    Mengisi waktu luang atau bisa juga disebut 'masa gabut' memang bisa digunakan untuk selfcare . Selfcare atau me-time banyak dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menonton film. Cara ini yang juga dilakukan oleh saya ketika mengisi masa kosong. Tak ingin membuang waktu banyak, kali ini selain menonton saya juga melakukan review tentang film 'Mudik (2019)'. Poster Film 'Mudik' (Sumber: casaindonesia.com)     Film Mudik atau juga dikenal dengan Homecoming ini disutradarai oleh Adriyanto Dewo dan rilis pertama kali pada 9 Desember 2019. Seperti judulnya, film ini ingin menampilkan bagaimana suasana mudik atau pulang kampung yang sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia ketika menjelang Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Biasanya dilakukan H-7 atau maksimal H-3 Lebaran. Dalam film ini menceritakan bagaimana pasangan suami istri yang akan mudik ke kampung halaman orang tua dari salah satu pasangan tersebut. Bukan seperti suasana mudik yang berd

MERAIH TOGA #1 - Merayakan Kelulusan di Tengah Keterbatasan

Gambar
Sumber: Dokumen Penulis Lega. Satu kata itu mungkin cukup untuk bisa menggambarkan perasaan teman-teman D-III Teknik Kimia angkatan 2017 Politeknik Negeri Malang yang tanggal 13 Juli kemarin mengikuti Yudisium Sidang Laporan Tugas Akhir tahap 1. Alhamdulillah dari total kurang lebih 47 mahasiswa yang mengikuti sidang, semuanya resmi dinyatakan lulus.           Pada akhirnya kita sampai di titik yang sejak awal dinanti-nantikan selama kurang lebih tiga tahun terakhir. Penantian yang cukup singkat namun sangat panjang untuk bisa dilupakan. Siapa yang menyangka, prosesi kelulusan harus dilalui dengan metode daring. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yang biasanya diakhiri dengan prosesi siraman air bunga. Di tahun ini menjadi pembeda dan pertama kali dilakukan, yakni yudisium metode daring. Namun, hampir semua teman-teman mengucap syukur Alhamdulillah, karena masih diberikan kesempatan untuk merasakan euforia kelulusan meski di tengah keterbatasan dan  bisa dibilang dalam suasana ala ka

RESENSI - Refleksi Cinta dan Persahabatan dalam 'Friend Zone Forever'

Gambar
Sampul bagian depan buku Friend Zone Forever. (Sumber: Dokumen Penulis) Judul: Friend Zone Forever Penulis: Vivie Hardika Penerbit: Eazy Book Tahun Terbit: 2013; cetakan 1 Jumlah Halaman: 172 hlm; 13 x 19 cm ISBN: 979-602-7702-21-9         Friend Zone Forever . Membaca judulnya saja pasti pembaca merasa sudah bisa menebak bagaimana akhir dari bagian buku yang termasuk genre novel ini. Ditambah embel-embel kalimat ‘ Jadikan ini selamanya! ’ di bagian sampul depannya. Semakin iman saja pembaca dengan terkaan-terkaan tak berdasar pada bagian akhirnya. Tapi jangan diterka dulu sebelum membaca, nanti menyesal. Kan ada istilah ‘ Don’t judge book from the cover '. Nah buku ini salah satu contohnya yang tidak bisa diterka hanya dengan melihat sampul depannya saja. Kemudian, jika beralih ke sinopsis yang tertera di sampul belakang buku, di sana tertulis sudut pandang cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama, ‘aku'. Tapi lagi-lagi yang membuat nyes adalah kalimat di bagian ak

RESENSI - Tidak Sempurna yang (Menjadi) Sempurna

Gambar
Sampul depan buku ‘Catatan Musim'. (Sumber: Dokumen Penulis)  Judul: Catatan Musim Penulis: Tyas Effendi Penerbit: Gagas Media Tahun Terbit: 2012; cetakan 1 Jumlah Halaman: x + 270 hlm; 13 x 19 cm ISBN: 979-780-471-2    Jika membaca sinopsis dari buku ini, pembaca seakan dibuat langsung jatuh cinta dengan setiap diksi yang ditorehkan penulis. Yang paling mengena adalah kalimat pada bagian akhirnya, “ Musim akan tetap bergulir, dan aku terus menunggumu hadir, meski harus menjemput ke belahan bumi yang lain. ” Buku ini bercerita tentang bagaimana seorang gadis dan pemuda yang awalnya sama-sama  menunggu hujan reda di sebuah shelter depan Gereja Katedral Bogor, dengan kesibukan masing-masing tanpa saling bicara. Tya Mahani, tokoh utama yang akrab disapa Tya bisa mengenal seorang pemuda bernama Gema Agasta, -pemuda yang gemar melukis dengan kanvas dan buku sketsa yang selalu ditentengnya ke mana-mana-. Buku yang termasuk dalam genre novel ini dikemas dalam dua sudut pandang. Dari sudu

PUISI Pandemi Covid 19 - Surat untuk Amak; dari Tanah Jawa

Gambar
Sumber: Twitter (@dhanypramata)  Teruntuk Amak, nan jauh di Lhokseumawe Surat ini akan sampai dengan kurir yang tengah berjuang pada kondisi ibu pertiwi yang sedang tak baik-baik saja. Aku menulis surat, bukan mengeluh perihal kehabisan uang macam biasanya, atau sekadar mengirimkan beberapa lembar mahar hasil jerih payah saat kuliah. Mak, aku ingin menuturkan kondisi bumi di tengah kerasnya rinai wabah yang gencar membasahi pertiwi Di tengah gencar usulan menutup diri, dengan mejaga jarak sosial dan melakukan ibadah di rumah sendiri Ini dalih, katanya untuk memutus mata rantai virus nan keji. Akan tetapi, Mak Usulan menutup diri tak sama bagi semua orang. Bagaimana dengan nasib anak-anak yang ikut dalam kerasnya dunia di pinggiran jalan? Atau dengan nasib pekerja harian lepas, yang sehari saja penghasilannya bisa terlibas, " Agar anak dan istri bisa makan ," katanya. Para pelajar diimbau belajar dari rumah, namun seonggok tugas kian merajalela Para mah